Selasa, 29 November 2011

Krisis Pangan Mengintai

Detik Finance. Jakarta - Jumlah lahan persawahan terus berkurang luasnya. Anggota DPR meminta Presiden SBY memerintahkan jajarannya untuk segera mencetak sawah baru guna mencegah terjadinya kerawanan pangan.
Demikian disampaikan Ketua Kelompok Komisi (Kapoksi) IV FPKS Rofi Munawar dalam keterangannya, Rabu (23/11/2011).
"Presiden perlu mendorong pencetakan sawah baru, karena ini terkait permasalahan strategis pangan nasional. Rencana yang dilakukan selama ini hanya akan berakhir dengan kesia-sian jika tanpa realisasi dan komitmen untuk mewujudkannya," jelas Rofi.
Dia mengatakan, laju konversi lahan persawahan untuk peruntukan non persawahan mencapai titik kritis, jika tidak ada pencetakan sawah baru dan terobosan reformasi agraria maka target pencapaian swasembada pangan tidak akan pernah tercapai.
Sebelumnya Menteri Pertanian Suswono mengatakan tiap tahun sebanyak 100 ribu hektar (ha) lahan pertanian di Indonesia berkurang atau beralih fungsinya. Ini mengancam turunnya produksi beras nasional.
"Jika konversi lahan tak terkendali, kerawanan pangan akan mengancam. Tenaga kerja di sektor pertanian berpotensi kehilangan pekerjaan, sehingga jumlah pengangguran meningkat. Ini akan menimbulkan kerawanan sosial. Dampak lain terjadi arus urbanisasi yang sulit terbendung lagi dan dapat menyebabkan masalah baru di kota, karena areal sawah di desa telah berubah fungsi untuk peruntukan lain," tuturnya.
Badan Pertanahan Nasional (BPN) berjanji akan mengalokasikan 2 juta hektare lahan untuk sektor pertanian dari 7,3 juta hektar lahan terlantar. Belum lama ini, Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menyatakan siap mendukung pencapaian target surplus beras 10 juta ton pada 2014, dengan menyediakan 200 hektare (ha) hutan untuk pertanian di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Kementerian Kehutanan berdasarkan Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan dan peraturan pemerintah nomor 44 tahun 2003 dimungkinkan melakukan pengalihfungsian kawasan hutan untuk peruntukan lain. Namun sampai saat seluruh rencana tersebut belum terealisasi satupun alias jalan di tempat.
Rofi mencatat sepanjang tahun 1991-2008 laju konversi lahan sawah terjadi sebesar 365.459 ha, di kurun waktu yang sama penambahan luas sawah hanya sebesar 364.459 ha. Sehingga hampir dua dekade telah terjadi defisit sawah sekitar 1.000 ha. Tahun 2006 sampai 2010 realisasi perluasan cetak sawah setiap tahunnya tidak pernah melebihi 25.000 ha.
Selama ini sekitar 56%-60% produksi padi kita masih bertumpu pada sawah-sawah yang subur di Jawa. Dengan dukungan irigasi teknis, sawah di Jawa memiliki produktivitas yang tinggi (51,87 kuintal per hektar) dibanding sawah di luar Jawa (39,43 kuintal per hektar), sehingga menghasilkan surplus beras.
"Presiden perlu mendorong pencetakan sawah baru, karena ini terkait permasalahan strategis pangan nasional. Rencana yang dilakukan selama ini hanya akan berakhir dengan kesia-sian jika tanpa realisasi dan komitmen untuk mewujudkannya," tegas Rofi.
Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) III Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi tahun 2011 sebesar 65,385 juta ton gabah kering giling (GKG), menurun 1,084 juta ton (1,63%) bila dibandingkan dengan produksi tahun 2010. Hal ini disebabkan karena produksi di Pulau Jawa menurun 2,226 juta ton GKG (-6,12%). Penurunan produksi ini terjadi salah satu akibat konversi lahan yang tinggi di pulau Jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar