Detik
Finance. Jakarta - Jumlah lahan persawahan terus berkurang luasnya.
Anggota DPR meminta Presiden SBY memerintahkan jajarannya untuk segera mencetak
sawah baru guna mencegah terjadinya kerawanan pangan.
Demikian disampaikan Ketua Kelompok Komisi (Kapoksi)
IV FPKS Rofi Munawar dalam keterangannya, Rabu (23/11/2011).
"Presiden perlu mendorong pencetakan sawah baru,
karena ini terkait permasalahan strategis pangan nasional. Rencana yang
dilakukan selama ini hanya akan berakhir dengan kesia-sian jika tanpa realisasi
dan komitmen untuk mewujudkannya," jelas Rofi.
Dia mengatakan, laju konversi lahan persawahan untuk
peruntukan non persawahan mencapai titik kritis, jika tidak ada pencetakan
sawah baru dan terobosan reformasi agraria maka target pencapaian swasembada
pangan tidak akan pernah tercapai.
Sebelumnya Menteri Pertanian Suswono mengatakan tiap
tahun sebanyak 100 ribu hektar (ha) lahan pertanian di Indonesia berkurang atau
beralih fungsinya. Ini mengancam turunnya produksi beras nasional.
"Jika konversi lahan tak terkendali, kerawanan
pangan akan mengancam. Tenaga kerja di sektor pertanian berpotensi kehilangan
pekerjaan, sehingga jumlah pengangguran meningkat. Ini akan menimbulkan
kerawanan sosial. Dampak lain terjadi arus urbanisasi yang sulit terbendung
lagi dan dapat menyebabkan masalah baru di kota, karena areal sawah di desa
telah berubah fungsi untuk peruntukan lain," tuturnya.
Badan Pertanahan Nasional (BPN) berjanji akan
mengalokasikan 2 juta hektare lahan untuk sektor pertanian dari 7,3 juta hektar
lahan terlantar. Belum lama ini, Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menyatakan
siap mendukung pencapaian target surplus beras 10 juta ton pada 2014, dengan
menyediakan 200 hektare (ha) hutan untuk pertanian di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua.
Kementerian Kehutanan berdasarkan Undang-undang Nomor
41 tahun 1999 tentang kehutanan dan peraturan pemerintah nomor 44 tahun 2003
dimungkinkan melakukan pengalihfungsian kawasan hutan untuk peruntukan lain.
Namun sampai saat seluruh rencana tersebut belum terealisasi satupun alias
jalan di tempat.
Rofi mencatat sepanjang tahun 1991-2008 laju konversi
lahan sawah terjadi sebesar 365.459 ha, di kurun waktu yang sama penambahan
luas sawah hanya sebesar 364.459 ha. Sehingga hampir dua dekade telah terjadi
defisit sawah sekitar 1.000 ha. Tahun 2006 sampai 2010 realisasi perluasan
cetak sawah setiap tahunnya tidak pernah melebihi 25.000 ha.
Selama ini sekitar 56%-60% produksi padi kita masih
bertumpu pada sawah-sawah yang subur di Jawa. Dengan dukungan irigasi teknis,
sawah di Jawa memiliki produktivitas yang tinggi (51,87 kuintal per hektar)
dibanding sawah di luar Jawa (39,43 kuintal per hektar), sehingga menghasilkan
surplus beras.
"Presiden perlu mendorong pencetakan sawah baru,
karena ini terkait permasalahan strategis pangan nasional. Rencana yang
dilakukan selama ini hanya akan berakhir dengan kesia-sian jika tanpa realisasi
dan komitmen untuk mewujudkannya," tegas Rofi.
Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) III Badan Pusat
Statistik (BPS), produksi padi tahun 2011 sebesar 65,385 juta ton gabah kering
giling (GKG), menurun 1,084 juta ton (1,63%) bila dibandingkan dengan produksi
tahun 2010. Hal ini disebabkan karena produksi di Pulau Jawa menurun 2,226 juta
ton GKG (-6,12%). Penurunan produksi ini terjadi salah satu akibat konversi lahan
yang tinggi di pulau Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar