Sabtu, 17 Maret 2012

HMI Ciputat Bertabur Bintang


Oleh : Solichin

Saya ingat pada akhir tahun 1965, Ciputat masih kota kecil yang sepi, jauh dari Jakarta. Ciputat berada diluar kota Jakarta. Sebagai pengurus PB HMI saya sering ke Ciputat bertemu dengan pengurus HMI Cabang Ciputat. dari kantor PB HMI jalan Diponegoro 16 Jakarta ke Ciputat, rasanya suatu perjalanan jauh yang cukup melelahkan. Naik bus tua, terseok-seok melaju di jalan sempit. Sangat tidak nyaman, tetapi saya tidaak hirau karena perhatian tertuju akan bertemu dengaan sahabat yang saya kagumi, Nurcholish Madjid.
Walaupun Cabang yang kecil tetapi pamor HMI Cabang Ciputat tidak kalah tenar dengaan Cabang HMI yang besar seperti Cabang Jakarta dan Yogyakarta. Cabang Ciputat bertabur bintang yaitu para kader HMI yang brilian Nurcholish Madjid, Azyumardi Azra, Komaruddin Hidayat, Ahmad Zacky Siradj, Bachtiar Effendy, Fachry Ali dan lain-lain. Para mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah Ciputat ini menjadi pemimpin-pemimpin HMI yang handal. Setelah lulus dari IAIN mereka melanjutkan studi lebih tinggi sehingga menjadi cendekiawan muslim terkemuka, mampu tampil di forum nasional dan internasional. Masyarakat tahu benar siapa Prof. Dr. Nurcholish Madjid, Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Prof. Dr. Bachtiar Effendy, Fachry Ali, MA dan lain-lain. Itulah tokoh-tokoh cendekiawan muslim yang telah digembleng di HMI, Ciputat.
Sekarang Ciputat sudah tidak jauh karena karena berada di dalam kota Jakarta. Jakarta berkembang menjadi kota besar, kota metropolitan dengan penduduk sekitar sepuluh juta. IAIN Syarif Hidayatullah berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah. Perguruan Tinggi ini menjadi besar dengan ribuan mahasiswa. Dari lembaga ini dan perguruan tinggi yang berada di Ciputat terus mengalir kader-kader HMI memasuki masyarakat Indonesia. HMI Cabang Ciputat telah berkarya dan tidak berhenti untuk berprestasi. Etos keilmuan terus dikobarkan guna membangun masa depaan yaang sejahtera. Di tangan kader intelektual HMI ini, Indonesia bisa menjadi negara yang “mardikengrat mbahudhenda nyakrawati”, maksudnya negara yang merdeka, sejahtera dan bermartabat.
Tradisi HMI Cabang Ciputat membina kader bangsa ini supaya diteruskan dan ditingkatkan. Memang secara nasional HMI merupakan salah satu sarana untuk membentuk SDM yang berkualitas, malahan lebih jauh lagi membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Keseluruhan aktifitas HMI adalah proses peningkatan kualitas manusia. Melalui kaderisasi dan penugasan kepengurusan, semua anggota HMI dan terjun dalam kehidupan masyarakat sudah siap dan mampu berperan optimal sesuai profesi untuk mengabdikan kepada negara. Setiap aktivis HMI memiliki keunggulan karena selama di HMI digembleng menjadi insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam. Menjadi manusia Indonesia yang profesional, handal dan bermoral.
HMI laksana kawah Candradimuka tenpat menempa mahasiswa Indonesia menjadi manusia berkualitas. Ibarat Tetuka, putra sang Bima diceburkan ke dalam kawah Candradimuka. Terpanggang oleh panasnya kawah, tergulung oleh lumpur batu dan besi yang membara, si jabang bayi Tetuka tidak hancur lebur malahan tumbuh menjadi satria gagah perkasa, Raden Gatutkaca. Keluar dari kawah Candradimuka, Gatutkaca diuji dengan tugas berat melawan Patih Sekipu dan Prabu Pracona, petinggi negeri Tasikwaja yang menjarah Kayangan tempat bersemayam para Dewa. Mawalan Gatutkaca, Patih Sekipu binasa, begitu pula Pracona yang digdaya menemui ajalnya. Jelas sudah gambaran proses peltihan dan penugasan yang dilaksanakan dalam kehidupan organisasi HMI. Selama tiga sampai lima tahun aktif menjadi anggota HMI, mahasiswa Indonesia yang idealis penuh harapan berlatih keras dan sistematis melalui kaderisasi yang berjenjang menuju terciptanya insan cita HMI yaitu kualitas insan akademis, insan pencipta, insan pengabdi, insan yang bernafaskan Islam, insan yang bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Pribadi inilah kader HMI, merupakan sosok man of the future. Gatutkaca-Gatutkaca telah keluar dari kawah Candradimuka HMI untuk berbakti kepada nusa, bangsa dan agama. Siap beramal makruf nahi munkar, memayu hayuning bawana. Proses pembentukan SDM yang brkualitas melalui kaderisasi ini terus berjalan tanpa henti, merupakan sumbangan nyata HMI kepada negara Indonesia. Kader-kader HMI terus mengalir mengisi dan berperan dalam berbagai profesi sebagai birokrat, politisi, penguasa, cendekiawan, ulama, budayawan, dan lain-lain.
Posisi dan peran HMI Cabang Ciputat tidak dapat dipisahkan dengan Nurcholish Madjid karena tokoh ini menjadi “icon” HMI Cabang Ciputat. Karya pikir Nurcholish Madjid yang luas dan dalam mengenai semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara hendaknya dirawat dan dimanfaatkan bagi kemaslahatan. Karena itu alangkah baiknya bila HMI Cabang Ciputat bisa melestarikan dan mengembangkan ilmu Nurcholish Madjid.
Beberapa karya pikir Cak Nur yang tertuang dalam buku-buku dan wacana lainnya merupakan pemikiran yang orisinal dan mendorong perubahan untuk menciptakan peradaban adalah hasil dari pelaksanaan kewajiban manusia ber-Iman, ber-Ilmu, dan ber-Amal. Wujud peradaban berupa nilai-nilai, sikap dan perilaku serta benda-benda fisik yang berguna bagi kehidupan manusia. Membangun peradaban yang manju dan berkualitas harus menggunakan iptek. Ilmu pengetahuan yang dilandasi ilmu karena ilmu itu memiliki hubungan organik dengan ilmu.
Warisan pemikiran Cak Nur yang bagus itu perlu terus dikembangkan serta dilaksanakan. Jangan sampai beku dan dilupakan. Pesan kepada HMI melalui NDP HMI sangat bermanfaat tidak saja bagi HMI tetapi bisa untuk semua generasi muda. Selain sebagai doktrin perjuangan, NDP HMI adalah sarana pendidikan karakter yang baik. Insan akademis pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam adalah kualitas generasi muda Indonesia yang sangat didambakan. Untuk mewujudkan cita-cita itu, NDP yang membimbingnya. Ini berarti bahwa Cak Nur selalu hadir dalam proses pembentukan kader bangsa. NDP yang berbobot daan visoner itu sesungguhnya adalah “api Islam”, supaya dipahami dan diamalkan.
Pesan Cak Nur kepada umat Islam sangat penting karena menekankan pada upaya penguasaan iptek yang dilandasi ilmu guna membangun peradaban manusia yang maju. Umat Islam tertinggal jauh oleh kemajuan umat-umat yang lain harus mengejar penguasaan iptak. Etos intelektual umat Islam ini benar-benar supaya ditingkatkan agar tampil sebagai umat yang cerdas, memiliki banyak cendekiawan Muslim kelas dunia. Oleh karena itu lembaga-lembaga pendidikan umat Islam suapya terus dikembangkan baik jumlah, ragam maupun kualitasnya. Ke depan umat Islam hendaknya menjadi SDM yang mampu memahami dan mengelola alam bagi kesejahteraan hidup manusia.
Peran Nurcholish Madjid untuk bangsa dan negaranya sungguh tepat berupa platfrom membangun negara. Gagasan dan pemikiran tentang pembangunan nasional sudah banyak dikemukakan, tetapi pemikiran Cak Nur ini ideal dan operasional. Kalau diterapkan secara kontinyu dan konsisten bisa memajukan Indonesia. Bangsa Indonesia sangat menginginkan hidup yang sejahtera. Kalau kesejahteraan hidup rakyat ini tidak kunjung datang, rakyat sangat kecewa sehingga bisa menimbulkan gejolak yang meruntuhkan NKRI.
Pesan-pesan Cak Nur tersebut di atas merupakan upaya pembangunan peradaban bangsa Indonesia yang maju. Pemikiran Cak Nur tentang berbagai macam hal kehidupan berbangsa dan bernegara itu dapat dimanfaatkan bagi kepentingan nasional.
Lima puluh tahun sudah, HMI Cabang Ciputat berjuang untuk mencapai cita-citanya. Cita-cita HMI yang mulia yaitu Insan Cita. Kalau melihat tokoh-tokoh nasional seperti Nurcholish Madjid, cita-cita itu sudah selesai. Tetapi anggota HMI ribuan jumlahnya yang perlu difasilitasi untuk maju. Tugas ini sangat berat dan tampaknya HMI mulai surut kemampuannya. Begitu pula HMI Cabang Ciputat yang semula bertabur bintang, belum ada lagi bintang-bintang baru yang tampil.
Di tengah-tengah kondisi organisasi yang lesu ini, HMI harus mawas diri. Analisis penyebab kelesuan HMI itu sudah banyak dikemukakan. Pada umumnya benar, tinggal bagaimana melaksanakannya. Yang utama dan pertama adalah HMI kembali pada posisinya sebagai organisasi kemahasiswaan. Bertolak dari posisi tersebut, HMI melihat dengan cermat dunia kemahasiswaan yang telah berubah. Kehidupan pemuda di era globalisasi yang dipacu oleh kemajuan TIK berkembang cepat dan sulit diprediksi dan diantisipasi. Namun satu langkah yang perlu dilakukan adalah merumuskan kembali student need dan student interest. HMI hendaknya tampil dengan daya tarik baru. Student need yang merupakan keperluan studi mahasiswa telah berubah dan bertambah, begitu pula studen interest semakin canggih dan banyak pilihan.
Kehidupan kemahasiswaan HMI pada era Orde Lama berupa perjuangan hidup-mati melawan komunisme. Tantangan ini menjadi energi yang dahsyat untuk maju. Semangat dan keberanian HMI berkobar, dengan gigih melawan “Langkahi Mayatku Sebelum Gayang HMI”, itu pekik heroik yang membesarkan HMI. Bangga menjadi anggota HMI. Perjuangan melawan komunis adalah salah satu bentuk student need insterest yang sangat menarik.
Student interest tersebut di atas sudah berlalu. Jaman telah berubah. HMI perlu mencari bentuk daya tarik yang baru. Untuk ini kiranya perlu mengkaji adanya tantangan pembangunan peradaban. Sekarang umat Islam merupakan umat yang paling rendah atu lemah penguasaan ipteknya, sehingga semakin jauh tertinggal dari umat agama lain. Kristen-Katolik berjaya di Eropa dan Amerika, Hinddu unggul di India, Budha dan Konghucu dominan di China, Jepang, Thailan dll. kalau tidak ada upaya untuk bangkit mengejar ketertinggalan, maka tesis bahwa Islam itu unggul dan tidak bisa diungguli, akan menjadi dalil kosong dan sia-sia belaka. Karena itu umat Islam harus meningkatkan penguasaan iptek agar bisa membangun peradaban. Tantangan yang dihadapi umat Islam termasuk HMI adalah membangkitkan etos keilmuan. Umat Islam pernah berjaya selama delapan abad menjadi umat yang unggul dari abad 8 hingga 16 yang dikenal dengan jaman Islam klasik. Etos keilmuan adalah tantangan nyata dan seiring dengan perjuangan HMI membangun Insan Cita. Besar harapan HMI Cabang Ciputat dengan almamaternya UIN Syarif Hidayatullah bisa mempelopori gerakan penguasaan iptek guna meraih masa depan HMI dan umat Islam sertaa bangsa Indonesia yang sejahtera dan berdaulat.
Kini Jakarta-Ciputat tidak jauh lagi. Jarak itu terasa semakin dekat. Tetapi saya sudah jarang ke Ciputat. Hati dan angan-angan saja yang ke sana, karena HMI melekat pada diri saya. Tidak terasa HMI Cabang Ciputat sudah setengah abad usianya. Dies Natalis Setengah Abad ini gunakan sebagai momentum meningkatkan kinerja agar pamor HMI Cabang Ciputat tetap cemerlang seperti semasa kepemimpinan Nurcholish Madjid dan tokoh-tokoh terkemuka lainnya.
Akhirnya dengan rasa syukur dan bangga saya menyampaikan selamat Dies Natalis. Semoga Allah SWT meridhoi usaha kita bersama.

Jakarta, 18 Februari 2011

2 komentar:

  1. Falsafah (prinsip) kebangkitan yang hakiki adalah sebuah mabda' (ideologi) yang mengga­bungkan fikroh dan thoriqoh secara terpadu. Idiologi tersebut adalah Islam. Sebab, Islam adalah sebuah aqidah yang memancarkan sebuah sistem untuk mengatur seluruh urusan negara dan umat, dan mampu memecahkan seluruh masalah kehidupan.

    BalasHapus
  2. Terimakasih Kanda Bopeng.

    BalasHapus