Oleh : Solichin
|
Saya ingat pada akhir
tahun 1965, Ciputat masih kota kecil yang sepi, jauh dari Jakarta. Ciputat
berada diluar kota Jakarta. Sebagai pengurus PB HMI saya sering ke Ciputat
bertemu dengan pengurus HMI Cabang Ciputat. dari kantor PB HMI jalan Diponegoro
16 Jakarta ke Ciputat, rasanya suatu perjalanan jauh yang cukup melelahkan.
Naik bus tua, terseok-seok melaju di jalan sempit. Sangat tidak nyaman, tetapi
saya tidaak hirau karena perhatian tertuju akan bertemu dengaan sahabat yang
saya kagumi, Nurcholish Madjid.
Walaupun
Cabang yang kecil tetapi pamor HMI Cabang Ciputat tidak kalah tenar dengaan
Cabang HMI yang besar seperti Cabang Jakarta dan Yogyakarta. Cabang Ciputat
bertabur bintang yaitu para kader HMI yang brilian Nurcholish Madjid, Azyumardi
Azra, Komaruddin Hidayat, Ahmad Zacky Siradj, Bachtiar Effendy, Fachry Ali dan
lain-lain. Para mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah Ciputat ini menjadi
pemimpin-pemimpin HMI yang handal. Setelah lulus dari IAIN mereka melanjutkan
studi lebih tinggi sehingga menjadi cendekiawan muslim terkemuka, mampu tampil
di forum nasional dan internasional. Masyarakat tahu benar siapa Prof. Dr.
Nurcholish Madjid, Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat,
Prof. Dr. Bachtiar Effendy, Fachry Ali, MA dan lain-lain. Itulah tokoh-tokoh
cendekiawan muslim yang telah digembleng di HMI, Ciputat.
Sekarang
Ciputat sudah tidak jauh karena karena berada di dalam kota Jakarta. Jakarta
berkembang menjadi kota besar, kota metropolitan dengan penduduk sekitar
sepuluh juta. IAIN Syarif Hidayatullah berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah.
Perguruan Tinggi ini menjadi besar dengan ribuan mahasiswa. Dari lembaga ini
dan perguruan tinggi yang berada di Ciputat terus mengalir kader-kader HMI
memasuki masyarakat Indonesia. HMI Cabang Ciputat telah berkarya dan tidak
berhenti untuk berprestasi. Etos keilmuan terus dikobarkan guna membangun masa
depaan yaang sejahtera. Di tangan kader intelektual HMI ini, Indonesia bisa
menjadi negara yang “mardikengrat mbahudhenda nyakrawati”,
maksudnya negara yang merdeka, sejahtera dan bermartabat.
Tradisi
HMI Cabang Ciputat membina kader bangsa ini supaya diteruskan dan ditingkatkan.
Memang secara nasional HMI merupakan salah satu sarana untuk membentuk SDM yang
berkualitas, malahan lebih jauh lagi membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
Keseluruhan aktifitas HMI adalah proses peningkatan kualitas manusia. Melalui
kaderisasi dan penugasan kepengurusan, semua anggota HMI dan terjun dalam
kehidupan masyarakat sudah siap dan mampu berperan optimal sesuai profesi untuk
mengabdikan kepada negara. Setiap aktivis HMI memiliki keunggulan karena selama
di HMI digembleng menjadi insan akademis, pencipta dan pengabdi yang
bernafaskan Islam. Menjadi manusia Indonesia yang profesional, handal dan
bermoral.
HMI
laksana kawah Candradimuka tenpat menempa mahasiswa Indonesia menjadi
manusia berkualitas. Ibarat Tetuka, putra sang Bima diceburkan ke dalam kawah Candradimuka.
Terpanggang oleh panasnya kawah, tergulung oleh lumpur batu dan besi yang
membara, si jabang bayi Tetuka tidak hancur lebur malahan tumbuh menjadi satria
gagah perkasa, Raden Gatutkaca. Keluar dari kawah Candradimuka, Gatutkaca
diuji dengan tugas berat melawan Patih Sekipu dan Prabu Pracona, petinggi
negeri Tasikwaja yang menjarah Kayangan tempat bersemayam para Dewa. Mawalan
Gatutkaca, Patih Sekipu binasa, begitu pula Pracona yang digdaya menemui
ajalnya. Jelas sudah gambaran proses peltihan dan penugasan yang dilaksanakan
dalam kehidupan organisasi HMI. Selama tiga sampai lima tahun aktif menjadi
anggota HMI, mahasiswa Indonesia yang idealis penuh harapan berlatih keras dan
sistematis melalui kaderisasi yang berjenjang menuju terciptanya insan cita HMI
yaitu kualitas insan akademis, insan pencipta, insan pengabdi, insan yang
bernafaskan Islam, insan yang bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil
dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Pribadi inilah kader HMI, merupakan sosok man
of the future. Gatutkaca-Gatutkaca telah keluar dari kawah Candradimuka HMI
untuk berbakti kepada nusa, bangsa dan agama. Siap beramal makruf nahi
munkar, memayu hayuning bawana. Proses pembentukan SDM yang brkualitas
melalui kaderisasi ini terus berjalan tanpa henti, merupakan sumbangan nyata
HMI kepada negara Indonesia. Kader-kader HMI terus mengalir mengisi dan
berperan dalam berbagai profesi sebagai birokrat, politisi, penguasa,
cendekiawan, ulama, budayawan, dan lain-lain.
Posisi
dan peran HMI Cabang Ciputat tidak dapat dipisahkan dengan Nurcholish Madjid
karena tokoh ini menjadi “icon” HMI Cabang Ciputat. Karya pikir Nurcholish
Madjid yang luas dan dalam mengenai semua aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara hendaknya dirawat dan dimanfaatkan bagi kemaslahatan. Karena itu alangkah
baiknya bila HMI Cabang Ciputat bisa melestarikan dan mengembangkan ilmu
Nurcholish Madjid.
Beberapa
karya pikir Cak Nur yang tertuang dalam buku-buku dan wacana lainnya merupakan
pemikiran yang orisinal dan mendorong perubahan untuk menciptakan peradaban
adalah hasil dari pelaksanaan kewajiban manusia ber-Iman, ber-Ilmu, dan
ber-Amal. Wujud peradaban berupa nilai-nilai, sikap dan perilaku serta
benda-benda fisik yang berguna bagi kehidupan manusia. Membangun peradaban yang
manju dan berkualitas harus menggunakan iptek. Ilmu pengetahuan yang dilandasi
ilmu karena ilmu itu memiliki hubungan organik dengan ilmu.
Warisan
pemikiran Cak Nur yang bagus itu perlu terus dikembangkan serta dilaksanakan.
Jangan sampai beku dan dilupakan. Pesan kepada HMI melalui NDP HMI sangat
bermanfaat tidak saja bagi HMI tetapi bisa untuk semua generasi muda. Selain
sebagai doktrin perjuangan, NDP HMI adalah sarana pendidikan karakter yang
baik. Insan akademis pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam adalah
kualitas generasi muda Indonesia yang sangat didambakan. Untuk mewujudkan
cita-cita itu, NDP yang membimbingnya. Ini berarti bahwa Cak Nur selalu hadir
dalam proses pembentukan kader bangsa. NDP yang berbobot daan visoner itu
sesungguhnya adalah “api Islam”, supaya dipahami dan diamalkan.
Pesan Cak
Nur kepada umat Islam sangat penting karena menekankan pada upaya penguasaan
iptek yang dilandasi ilmu guna membangun peradaban manusia yang maju. Umat
Islam tertinggal jauh oleh kemajuan umat-umat yang lain harus mengejar penguasaan
iptak. Etos intelektual umat Islam ini benar-benar supaya ditingkatkan agar
tampil sebagai umat yang cerdas, memiliki banyak cendekiawan Muslim kelas
dunia. Oleh karena itu lembaga-lembaga pendidikan umat Islam suapya terus
dikembangkan baik jumlah, ragam maupun kualitasnya. Ke depan umat Islam
hendaknya menjadi SDM yang mampu memahami dan mengelola alam bagi kesejahteraan
hidup manusia.
Peran
Nurcholish Madjid untuk bangsa dan negaranya sungguh tepat berupa platfrom
membangun negara. Gagasan dan pemikiran tentang pembangunan nasional sudah
banyak dikemukakan, tetapi pemikiran Cak Nur ini ideal dan operasional. Kalau
diterapkan secara kontinyu dan konsisten bisa memajukan Indonesia. Bangsa
Indonesia sangat menginginkan hidup yang sejahtera. Kalau kesejahteraan hidup
rakyat ini tidak kunjung datang, rakyat sangat kecewa sehingga bisa menimbulkan
gejolak yang meruntuhkan NKRI.
Pesan-pesan
Cak Nur tersebut di atas merupakan upaya pembangunan peradaban bangsa Indonesia
yang maju. Pemikiran Cak Nur tentang berbagai macam hal kehidupan berbangsa dan
bernegara itu dapat dimanfaatkan bagi kepentingan nasional.
Lima
puluh tahun sudah, HMI Cabang Ciputat berjuang untuk mencapai cita-citanya.
Cita-cita HMI yang mulia yaitu Insan Cita. Kalau melihat tokoh-tokoh nasional
seperti Nurcholish Madjid, cita-cita itu sudah selesai. Tetapi anggota HMI
ribuan jumlahnya yang perlu difasilitasi untuk maju. Tugas ini sangat berat dan
tampaknya HMI mulai surut kemampuannya. Begitu pula HMI Cabang Ciputat yang
semula bertabur bintang, belum ada lagi bintang-bintang baru yang tampil.
Di
tengah-tengah kondisi organisasi yang lesu ini, HMI harus mawas diri. Analisis
penyebab kelesuan HMI itu sudah banyak dikemukakan. Pada umumnya benar, tinggal
bagaimana melaksanakannya. Yang utama dan pertama adalah HMI kembali pada
posisinya sebagai organisasi kemahasiswaan. Bertolak dari posisi tersebut, HMI
melihat dengan cermat dunia kemahasiswaan yang telah berubah. Kehidupan pemuda
di era globalisasi yang dipacu oleh kemajuan TIK berkembang cepat dan sulit
diprediksi dan diantisipasi. Namun satu langkah yang perlu dilakukan adalah
merumuskan kembali student need dan student interest. HMI
hendaknya tampil dengan daya tarik baru. Student need yang merupakan
keperluan studi mahasiswa telah berubah dan bertambah, begitu pula studen
interest semakin canggih dan banyak pilihan.
Kehidupan
kemahasiswaan HMI pada era Orde Lama berupa perjuangan hidup-mati melawan
komunisme. Tantangan ini menjadi energi yang dahsyat untuk maju. Semangat dan
keberanian HMI berkobar, dengan gigih melawan “Langkahi Mayatku Sebelum Gayang
HMI”, itu pekik heroik yang membesarkan HMI. Bangga menjadi anggota HMI.
Perjuangan melawan komunis adalah salah satu bentuk student need insterest yang
sangat menarik.
Student
interest tersebut di atas sudah berlalu. Jaman telah berubah. HMI perlu mencari
bentuk daya tarik yang baru. Untuk ini kiranya perlu mengkaji adanya tantangan
pembangunan peradaban. Sekarang umat Islam merupakan umat yang paling rendah
atu lemah penguasaan ipteknya, sehingga semakin jauh tertinggal dari umat agama
lain. Kristen-Katolik berjaya di Eropa dan Amerika, Hinddu unggul di India,
Budha dan Konghucu dominan di China, Jepang, Thailan dll. kalau tidak ada upaya
untuk bangkit mengejar ketertinggalan, maka tesis bahwa Islam itu unggul dan
tidak bisa diungguli, akan menjadi dalil kosong dan sia-sia belaka. Karena itu
umat Islam harus meningkatkan penguasaan iptek agar bisa membangun peradaban.
Tantangan yang dihadapi umat Islam termasuk HMI adalah membangkitkan etos
keilmuan. Umat Islam pernah berjaya selama delapan abad menjadi umat yang
unggul dari abad 8 hingga 16 yang dikenal dengan jaman Islam klasik. Etos
keilmuan adalah tantangan nyata dan seiring dengan perjuangan HMI membangun
Insan Cita. Besar harapan HMI Cabang Ciputat dengan almamaternya UIN Syarif
Hidayatullah bisa mempelopori gerakan penguasaan iptek guna meraih masa depan
HMI dan umat Islam sertaa bangsa Indonesia yang sejahtera dan berdaulat.
Kini
Jakarta-Ciputat tidak jauh lagi. Jarak itu terasa semakin dekat. Tetapi saya
sudah jarang ke Ciputat. Hati dan angan-angan saja yang ke sana, karena HMI
melekat pada diri saya. Tidak terasa HMI Cabang Ciputat sudah setengah abad
usianya. Dies Natalis Setengah Abad ini gunakan sebagai momentum meningkatkan
kinerja agar pamor HMI Cabang Ciputat tetap cemerlang seperti semasa
kepemimpinan Nurcholish Madjid dan tokoh-tokoh terkemuka lainnya.
Akhirnya
dengan rasa syukur dan bangga saya menyampaikan selamat Dies Natalis. Semoga
Allah SWT meridhoi usaha kita bersama.
Jakarta,
18 Februari 2011
Falsafah (prinsip) kebangkitan yang hakiki adalah sebuah mabda' (ideologi) yang menggabungkan fikroh dan thoriqoh secara terpadu. Idiologi tersebut adalah Islam. Sebab, Islam adalah sebuah aqidah yang memancarkan sebuah sistem untuk mengatur seluruh urusan negara dan umat, dan mampu memecahkan seluruh masalah kehidupan.
BalasHapusTerimakasih Kanda Bopeng.
BalasHapus